n
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
- Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
- Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik
- Gravity
- Balance (Keseimbangan)
- Weight (berat)
D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
- Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
- Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika
seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
- Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda,
diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu
menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
- Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
- Status kesehatan
- Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
- Nutrisi
- Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
- Emosi
- Situasi dan kebiasaan
- Gaya hidup
- Pengetahuan
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang
bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu
jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti
kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan
sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
- Jatuh
- Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling
sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
- Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
- Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
- Memindahkan bed (27%)
- Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A. Macam-macam bodi mekanik
1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan
bantuan duduk ditempat tidur.
Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan
pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90
o dan Semi fowler : 15 – 45
o
2) Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi
diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki
fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk
memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi
ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
- Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
- Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
- Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk
fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan
dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan
punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus di
tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat
tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
- untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
- Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
- Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
- Memudahkan pemeriksaan perineal
- Untuk tindakan pemberian enema
9) Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90
o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
2. Ambulasi
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan
easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan
Scoop Stretcher
3. Membantu klien berjalan
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik
Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan
inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan
kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang
benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan
tulang pasien.
Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien
harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus
berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong
posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan
kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila
dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera
akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah
kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
- Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
- Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan (cheklist terlampir)
Bodi alignment
- Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
- Mengatur berbagai posisi klien
- Papan sandaran
Ambulasi
- Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan sebaliknya
- Membantu klien berjalan
- Membantu klien dengan alat bantu jalan
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau
kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas
dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi
system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan
penampilan.
Macam2 abnormal:
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,
menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal
(berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c. Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul,
dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung
dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga
kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips,
pembedahan.
g. Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h. Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temvv
n
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
- Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
- Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik
- Gravity
- Balance (Keseimbangan)
- Weight (berat)
D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
- Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
- Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika
seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
- Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda,
diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu
menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
- Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
- Status kesehatan
- Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
- Nutrisi
- Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
- Emosi
- Situasi dan kebiasaan
- Gaya hidup
- Pengetahuan
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang
bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu
jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti
kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan
sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
- Jatuh
- Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling
sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
- Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
- Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
- Memindahkan bed (27%)
- Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A. Macam-macam bodi mekanik
1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan
bantuan duduk ditempat tidur.
Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan
pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90
o dan Semi fowler : 15 – 45
o
2) Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi
diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki
fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk
memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi
ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
- Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
- Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
- Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk
fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan
dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan
punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus di
tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat
tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
- untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
- Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
- Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
- Memudahkan pemeriksaan perineal
- Untuk tindakan pemberian enema
9) Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90
o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
2. Ambulasi
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan
easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan
Scoop Stretcher
3. Membantu klien berjalan
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik
Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan
inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan
kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang
benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan
tulang pasien.
Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien
harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus
berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong
posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan
kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila
dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera
akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah
kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
- Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
- Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan (cheklist terlampir)
Bodi alignment
- Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
- Mengatur berbagai posisi klien
- Papan sandaran
Ambulasi
- Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan sebaliknya
- Membantu klien berjalan
- Membantu klien dengan alat bantu jalan
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau
kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas
dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi
system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan
penampilan.
Macam2 abnormal:
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,
menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal
(berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c. Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul,
dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung
dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga
kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips,
pembedahan.
g. Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h. Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
n
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
- Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
- Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
- Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik
- Gravity
- Balance (Keseimbangan)
- Weight (berat)
D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
- Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
- Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika
seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
- Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda,
diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu
menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan
dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
- Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
- Status kesehatan
- Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
- Nutrisi
- Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
- Emosi
- Situasi dan kebiasaan
- Gaya hidup
- Pengetahuan
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang
bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu
jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti
kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan
sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
- Jatuh
- Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling
sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
- Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
- Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
- Memindahkan bed (27%)
- Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A. Macam-macam bodi mekanik
1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan
bantuan duduk ditempat tidur.
Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan
pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90
o dan Semi fowler : 15 – 45
o
2) Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi
diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki
fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk
memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi
ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
- Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
- Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
- Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk
fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan
dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan
punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus di
tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat
tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
- untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
- Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
- Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
- Memudahkan pemeriksaan perineal
- Untuk tindakan pemberian enema
9) Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90
o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
2. Ambulasi
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan
easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan
Scoop Stretcher
3. Membantu klien berjalan
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik
Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan
inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan
kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang
benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan
tulang pasien.
Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien
harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus
berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong
posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan
kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila
dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera
akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah
kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
- Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
- Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan (cheklist terlampir)
Bodi alignment
- Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
- Mengatur berbagai posisi klien
- Papan sandaran
Ambulasi
- Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan sebaliknya
- Membantu klien berjalan
- Membantu klien dengan alat bantu jalan
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau
kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas
dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi
system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan
penampilan.
Macam2 abnormal:
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal,
menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal
(berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c. Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul,
dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung
dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga
kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips,
pembedahan.
g. Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h. Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar