Jumat, 29 Mei 2015

AKU BANGGA MENJADI MAHASISWI KEBIDANAN

Aku Bangga Menjadi MahasisWA


Salah satu nikmat yang paling aku syukuri adalah kesempatan yang TUHAN berikan kepadaku untuk menuntut ilmu sejauh ini. Menuntut ilmu hingga ke tingkat universitas dan menyandang predikat sebagai MAHAsiswa. Sebuah predikat tertinggi untuk siswa di dunia pendidikan.
Memang untuk saat ini menyandang status mahasiswa tidak lagi se”wah” dulu, mengingat jumlah orang yang melanjutkan ke perguruan tinggi sangat banyak. Berbeda ketika dahulu hanya segelintir orang saja yang beruntung dapat mengenyam pendidikan di dunia kampus. Status mahasiswa menjadi suatu kesakralan tersendiri.
Meskipun begitu, kita para mahasiswa tetaplah harus bersyukur. Tengoklah sekeliling kita, masih banyak orang-orang seusia kita yang terpaksa putus sekolah, harus bekerja, atau bahkan ada yang sudah menikah. Ya..setiap orang memang punya garis hidup masing-masing, dan aku percaya bahwa itulah yang terbaik yang telah diberikan Alloh untuk kita..dan sekali lagi kita harus sangat-sangat bersyukur telah digariskan untuk seperti ini.
Aku baru saja sadar, kenapa siswa-siswa perguruan tinggi disebut “MAHAsiswa”, kenapa julukannya sangat berbeda dengan siswa dijenjang pendidikan yang lain? Dahulu ketika TK disebut “siswa”, naik ke SD disebut “siswa”, naik ke tingkat SMP disebut “siswa”, ketika SMA pun juga masih “siswa”..kenapa setiap naik jenjang pendidikan-pendidikan tersebut tidak ada perubahan status? sementara selepas SMA naik ke jenjang universitas langsung berubah status? Apa mungkin karena usianya yang semakin tua sehingga didepannya diberi tambahan “MAHA” yang menunjukkan sesuatu yang besar, terhormat, dan berkedudukan?
Rupanya alasan untuk menunjukkan sesuatu yang besar, terhormat, dan berkedudukan memang benar tapi bukan karena faktor usia, tetapi lebih kepada faktor intelegensi yang dimiliki. Ya aku merasa setelah resmi menyandang status mahasiswa rasanya mengalami badai otak. Dimana cara berpikir dan jalan pikiran kita terbuka lebar atau bahkan berubah 180 derajat dibanding ketika SMA dulu. Pada masa ini rasanya cara berpikir kita dibentuk untuk lebih idealis, lebih kritis, lebih struktural, lebih berprinsip, berpikiran maju, serta memiliki visi dan misi . Aku juga mulai bisa menentukan jalan seperti apa yang aku pilih untuk hidupku, bagaimana aku harus bersikap terhadap sesuatu, dan pemikiran-pemikiran dewasa lainnya. Sungguh suatu perubahan sangat drastis yang aku rasakan di banding SMA dulu.
Aku percaya, perubahan ini tidak hanya aku rasakan sendiri. Aku yakin mahasiswa lain juga merasakan hal yang sama walaupun tidak seluruhnya. Mengapa aku berkeyakinan demikian? Setiap kali melihat status beberapa teman di Fb, saya kagum..berbeda sekali status mereka dibanding ketika mereka SMA dulu, bukankah status-status mereka ini menunjukkan tingkat pemikiran mereka?
Satu hal yang harus kita syukuri juga, karena kita menjadi mahasiswa di universitas umum, bukan kedinasan, politeknik atau semacamnya yang hanya berorientasi pada kemudahan mencari pekerjaan dan uang dengan adanya jaminan langsung bekerja setelah lulus dari univ tersebut. Bukan berarti kita yang kuliah di universitas umum tidak membutuhkan pekerjaan dan uang, tetapi lebih dari itu, di universitas umum cara berpikir kita dibuka lebih lebar, diarahkan untuk tidak hanya menjadi pekerja, pegawai, karyawan yang hanya digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Tetapi kita dituntut untuk lebih mandiri, diarahkan untuk membuka lapangan pekerjaan bukan mencari pekerjaan atau menjadi pegawai. Kita pun dituntut untuk lebih peka terhadap banyak hal..kondisi sosial, ekonomi, politik, hukum, dan tak lupa agama. Ya kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri, bukan hanya untuk memenuhi ambisi dan nafsu pribadi, tetapi kita juga hidup untuk peduli dan berkontribusi untuk kemajuan dan kebaikan orang lain, lingkungan, bangsa, dunia, juga agama.
Aku tidak menyesal waktu itu “ngeyel” dengan ibu dan kakakku yang menginginkanku untuk mengambil kuliah di kebidanan. Bukan karena aku ingin durhaka kepada orang tua, tapi aku yakin jalan yang aku pilih ini lebih baik. Apalagi dasar ibu dan kakak saya menyuruh kuliah dikebidanan hanya karena sekarang bidan banyak dibutuhkan. Sehingga kemungkinan langsung bekerja dan diangkat menjadi pegawai lebih besar. Sementara cara berpikirku tidak demikian. Aku ingin berbuat lebih dari itu..bukan berarti aku menganggap remeh profesi bidan, saya tahu itu profesi mulia, tetapi saya lebih suka berkontribusi dengan pemikiran-pemikiran. Aku pun yakin apabila kuliah di kebidanan cara berpikirku tidak akan seperti ini.
Satu hal lagi yang menguatkanku untuk memilih jalan ini, setelah salat istikharah, aku diberi mimpi untuk kuliah di sini. Walaupun hingga hari ini aku tidak terlalu yakin itu jawaban yang diberikan Alloh untukku atau hanya bunga tidur semata. Wallohua’lam…
Walaupun nyatanya kuliah yang aku jalani ini juga menuntutku untuk menjadi birokrat..tetapi hingga detik ini sejujurnya saya tidak ingin menjadi birokrat. Saya ingin menjadi dosen, atau pengusaha. Biarlah ilmu yang saya dapat selama ini menjadi bekal saya untuk lebih peduli dan berbuat lebih kepada Negara yang telah memberi jasa kepadaku tak terhitung, atau menjadi orang yang terstruktur seperti prinsip administrasi. Dan kalaupun terpaksa menjadi birokrat, semoga menjadi birokrat yang tidak hanya mengejar profesi aman (read:pegawai negeri sipil dgn gaji tetap tanpa ancaman bangkrut dan di PHK), tetapi menjadi birokrat yang peduli kepada Negara, yang pengabdiannya tidak semata hanya untuk mencari uang tapi lebih karena ingin membangun Indonesia menjadi lebih baik..amin..semoga..
soal rizki, biarlah Alloh yang mengatur…tugas kita hanya berusaha dan berdoa.
Dan sekali lagi…I’m proud for being student university… :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar