LAPORAN
PRAKTIKUM 1
BIOLOGI
DASAR DAN PERKEMBANGAN
“MENENTUKAN
KALOR YANG HILANG DALAM PROSES PERTUKARAN KALOR”
Disusun
Oleh:
Yulita
Basilia
NIM:14150091
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015
I.
Tujuan
1.Mahasiswa dapat menentukan
jumlah kalor yang hilang dalam proses pertukaran kalor antar air yang bersuhu tinggi dan air yang bersuhu
rendah
2.Mahasiswa dapat menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor yang hilang.
II.
Alat dan bahan
1.
Beaker glass 250 ml, 2 buah.
2.
Pemanas air
3.
Termometer batang
4.
Timbangan
5.
Gabus
6.
Gelas ukur
7.
Stopwatch
8.
Alat pemanas (kaki tiga,kawat kassa,spirtus,korek api)
III. Dasar
Teori
Kalori
meter merupakan suatu alat yang fungsinya untuk mengukur kalor jenis
suatu zat. Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter campuran.
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bejana logam yang kalor jenisnya diketahui.
Bejana ini biasanya ditempatkan didalam bejana lain yang agak lebih besar.
Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan gabus atau wol. Kegunaan
bejana luar adalah sebagai isolator agar perukaran kalor dengan sekitar kalori
meter dapat dikurangi.
Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi
potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam sistem. Energi dalam
merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung pada keadaan sistem. Setiap
sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat, cair atau gas)
selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan
tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Bila sistem mengalami
peristiwa mungkin akan mengubah energi dalam. Jika suhu naik menandakan
partikel lebih cepat dan energi dalam bertambah (Syukri, 1999).
Kalor (q) adalah bentuk energi yang dipindahkan
melalui batas-batas sistem, sebagai akibat adanya perbedaan suhu antara sistem
dengan lingkungan. Bila sistem menyerap kalor, q bertanda positif dan q
bertanda negatif bila sistem melepaskan kalor. Kalor (q) bukan merupakan fungsi
keadaan karena besarnya tergantung pada proses. Kapasitas kalor adalah
banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk mengikatkan suhu zat 1oC.
kapasitas kalor tentu saja tergantung pada jumlah zat.
Kapasitas kalor spesifik dapat disederhanakan,
kalor jenis adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan
suhu 1 gram zat sebesar 1oC. Kalor jenis molar adalah banyaknya
energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 0,5 Mol zat sebesar 1oC
(Petrucci, 1996). Kalor dapat diukur dengan percobaan dan kerja. Kerja dihitung
melalui volume dan tekanan yang melawan perubahan itu (Syukri,1999).
a. Konduksi
Konduksi
ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara
permukaan-permukaan benda. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh atau menghubungkan
permukaan-permukaan yang mengandung panas. Setiap benda mempunyai konduktivitas
termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas yang
dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. Semakin tinggi
nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan panas yang
diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.
b. Konveksi
Pemindahan
panas berdasarkan gerakan fluida disebut konveksi. Dalam hal ini fluidanya
adalah udara di dalam ruangan.
c. Evaporasi
(penguapan)
Dalam
pemindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, sumber panas hanya dapat
kehilangan panas. Misalnya panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia, kelembaban
dipermukaan kulit menguap ketika udara melintasi tubuh.
d. Radiasi.
Radiasi
ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektromagnetik. Misalnya
tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan dari suhu
yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau memancarkan panas kepada
setiap obyek atau permukaan yang lebih sejuk dari tubuh manusia itu. Panas
pancaran yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga
tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau obyek-obyek
yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.
Jumlah
keseluruhan panas pindahan yang dihasilkan oleh masing-masing cara hampir
seluruhnya ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Umpamanya, udara yang
jenuh tak dapat menerima kelembaban tubuh, sehingga pemindahan panas tak dapat
terjadi melalui penguapan. Pengondisian suatu ruang seharusnya meningkatkan
laju kehilangan panas bila para penghuni terlalu panas dan mengurangi laju
kehilangan panas bila mereka terlalu dingin. Tujuan ini tercapai dengan
mengolah dan menyampaikan udara yang nyaman dari segi suhu, uap air
(kelembaban), dan velositas (gerak udara dan pola-pola distribusi). Kebersihan
udara dan hilangnya bau (melalui ventilasi) merupakan kondisi-kondisi
kenyamanan tambahan yang harus dikendalikan oleh sistem
penghawaan buatan
1.
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek
panas, pada reaksi eksoterm kalor dilepaskan. Sedangkan pada rekasi endoterm
kalor diserap. Jumlah kalor yang dilepas berkaitan dengan suatu reaksi
bergantung pada jenis reaksi, jumlah zat yang bereaksi, keadaan fisik zat-zat
pereaksi dan hasil reaksi serta bergantung pada suhu. Secara eksperimental
kalor reaksi ditentukan oleh alat kalorimeter.
Tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya
secara kalorimetrik. Penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan
yang berlangsung dengan cepat. Seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan dan
reaksi pelarutan. Kalorimeter sederhana disusun sedemikian rupa dengan
menggunakan isolator (gabus) yang ditempatkan disekeliling gelas yang menjadi
lapisan dalam kalorimeter agar dapat memperlambat terjadinya pertukaran kalor
antara sistem dengan lingkungan.
Pada percobaan pertama, penentuan tetapan
kalorimeter menunujukkan peningkatan suhu yang terjadi pada saat ditambahkannya
air panas. Sebelum ditambahkan suhunya 32˚ C, dan setelah ditambahkan air panas
suhu rata-rata pada campuran tersebut ialah 39,75 ˚C. Percobaan ini terjadi
peristiwa eksotermik. Dari data pengamatan yang diperoleh didapatka nilai K
(tetapan kalorimeter) sebesar29,8 J/kg dengan ∆H bertanda negative (-) terjadi
karena merupakan rekasi eksotermik. Rekasi eksotermik adalah perpindahan panas/
kalor dari sistem kelingkungan.
IV. Prosedur
percobaan
1. Isi
air dalam 2 bejana,masing-masing ± 100 ml.
2. Ukur
volume air dalam masing-masing bejana.
3. Hitung
massa air dalam masing-masing bejana.
4. Panaskan
air dalam salah satu bejana.
5. Ukur
suhu air dalam masing-masing bejana.
6. Campurkan
air dalam masing-masing bejana.
7. Biarkan
beberapa saat sampai suhu campuran air itu konstan.
8. Ukur
suhu campuran air itu.
9. Catat
semua data yang diperoleh.
Lapisi
salah satu bejana tempat mencampur air dengan gabus.Ulangi kembali langkah a
sampai langkah h.
DAFTAR
PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1987. Buku Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4.Jakarta : Erlangga
Syukri,
S. 1999.Buku Kimia Dasar 1.Bandung : ITB Press. Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar